Inilah tokoh besar yang masih menjadi salah satu misteri terbesar bangsa ini
Siapa yang tidak tahu nama tokoh ini, semua orang Indonesia tahu nama besar Gajah Mada sang Mahapatih Majapahit, orang pertama yang mempersatukan Nusantara. Tapi sampai saat ini, setelah 7 abad sejak kebesaran namanya berkibar di seantero negeri, tidak ada satu pun orang yang dapat mengungkap misteri asal-usulnya bahkan tentang akhir hidupnya. Bukan saja tentang asal-usul dan kematiannya, tentang strategi politik menuju posisi puncak di Majapahit serta strategi perangnya menguasai Nusantara juga masih menyimpan banyak misteri yang tak terjawab hingga kini.
Gajah mada (ilustrasi)
Selain
itu gelar Gajah juga diambil dari asal nama binatang yang berada di
pulau andalas itu. Asumsi ini diperkuat dengan kedekatan hubungan antara
Gajah Mada dan Adityawarman (pendiri kerajaan Pagaruyung), seorang
pangeran Majapahit berdarah Sumatera, kemungkinan Adityawarman lah yang
membawa Gajah Mada ke Majapahit. Namun sebagian lainnya menyebut Gajah
Mada berasal dari Bali. Masyarakat Bali mempercayai cerita turun temurun
yang menyebut bahwa ibu sang patih ini berasal dari Bali. Ada juga yang
memperkirakan Gajah Mada berasal dari suku Dayak Krio di Kalimantan
Barat, merujuk dari kisah nenek moyang suku Krio tentang seorang
Panglima besar dayak bernama Panglima Jaga Mada yang diutus ke Jawa
Dwipa untuk menguasai tanah Jawa. Kemudian ada juga yang menyebut bahwa
Gajah Mada itu berasal dari Mongol. Diperkirakan dia adalah salah satu
pimpinan pasukan Mongol yang tertinggal. Ketika itu Raden Wijaya
(pendiri Majapahit) mengalahkan pasukannya yang berniat menyerang Raja
Kertanegara karena telah melecehkan Mongol dengan memotong telingan Meng
Khi (utusan Mongol).
Misteri
yang luar biasa adalah tidak diketahuinya secara pasti bagaimana rupa
Gajah Mada sampai saat ini. Penemuan terakota pipi tembeb di Trowulan
yang disebut-sebut sebagai perwujudan wajah Gajah Mada sampai saat ini
juga belum terbukti. Rupa Gajah Mada yang kita kenal sekarang ini juga
menjadi polemik dan kontroversi karena sebagian orang menyebut bahwa
penggambaran rupa Gajah Mada itu hanya rekaan Moh.Yamin pengarang buku
“Gajah Mada Pahlawan Nusantara”. Lihat saja wajah Gajah Mada dan
bandingkan dengan wajah Moh.Yamin, sangat mirip. Jadi kemungkinan besar
rupa itu hanya rekaan Moh.Yamin yang menjelmakan wajahnya sebagai Gajah
Mada.
Kita
mengetahui awal kisah kariernya menuju posisi Mahapati berawal sebagai
prajurit pengawal raja (bhayangkara). Dikisahkan Gajah Mada hanya
seorang bekel bhayangkara pada masa pemerintahan Raja Jayanegara.
Kemudian terjadi pemberontakan para Dharmaputra pimpinan Ra Kuti yang
berhasil menguasai kerajaan. Gajah Mada berhasil menyelamatkan sang Raja
dari para pemberontak. Bahkan kemudian Gajah Mada berhasil merebut
kembali kerajaan, membunuh Ra Kuti dan mengembalikan tahta ke tangan
Jayanegara. Ini juga menjadi misteri, bagaimana cara seorang bekel
bhayangkara mampu memukul kembali para pemberontak yang sedemikian kuat
hingga bisa menguasai kerajaan. Setelah berhasil mendudukan kembali
Jayanegara sebagai Raja, Gajah Mada kemudian diangkat menjadi patih di
Daha dengan Raja Dyah Gitarja (adik tiri Jayanegara).
Kematian
Jayanegara yang dibunuh oleh Ra Tanca juga menjadi misteri tentang
Gajah Mada. Dengan matinya Jayanegara, Dyah Gitarja kemudian naik
menjadi Raja bergelar Tribhuana Tunggadewi. Ini menimbulkan desas-desus
bahwa pembunuhan Jayanegara memang telah direncanakan Gajah Mada
sebelumnya dengan memakai tangan Ra Tanca, mengingat Gajah Mada lebih
dekat dengan Dyah Gitarja ketika di Daha dan kematian Jayanegara
menguntungkan bagi Gitarja. Selain itu, ketika Ra Tanca membunuh
Jayanegara, tabib itu langsung dibunuh oleh Gajah Mada tanpa dihadapkan
ke muka sidang pengadilan. Setelah Gitarja menjadi Raja, kemudian
Mahapatih Arya Tadah memberikan jabatannya kepada Gajah Mada. Konspirasi
ini dirasa mirip dengan konspirasi peralihan kekuasaan di zaman
Indonesia modern (baca: konspirasi tahun 65).
Masa
pemerintahan Hayam Wuruk menjadi masa-masa keemasaan Majapahit dibawah
pemerintahan Gajah Mada. Posisi Gajah Mada sebagai Mahapatih, jabatan
tertinggi setelah Raja secara otomatis memberinya kekuasaan yang sangat
luas mengingat Raja hanya sebagai lambang negara sementara Mahapatihlah
yang memegang pucuk pemerintahan dan militer. Ketika itu Majapahit telah
menguasai Nusantara, dari Semenanjung Malaya, Tumasik (Singapura),
Swarnadwipa, Sambas, Brunei, Bali, Lombok hingga Siam. Untuk menguasai
negeri-negeri maritim ini Gajah Mada membangun armada perang yang luar
biasa kuat dibawah pimpinan Laksamana Nala. Tapi sampai saat ini
bagaimana kebesaran armada dan bagaimana strategi perang sang Mahapatih
tidak kita ketahui detail sebagaimana strategi perang Sun Tzu yang
kesohor itu. Mungkin jika kita mengetahui tentang strategi perang Gajah
Mada, pastilah tidak kalah hebatnya dari Art of War nya Sun Tzu itu.
Sebagai
kepala pemerintahan, keberhasilan Gajah Mada membangun lay out ibukota
Majapahit yang nyaris sempurna, benteng-benteng hingga kanal-kanal air
membuat kita berpikir keras bagaimana dan dari mana ia memperoleh ilmu
pengetahuan itu. Bahkan minggu lalu, Kompas edisi cetak membahas tentang
kecanggihan sistem pengairan Majapahit. Sistem pengairan ini bahkan
bisa menjadi acuan bagi pemerintah DKI sebagai salah satu solusi
mengatasi banjir saat ini. Peradaban yang luar biasa maju di zamannya.
Lantas pertanyaannya, dari mana dia mendapat pengetahuan tentang itu,
kembali ini sebuah misteri.
Selanjutnya
adalah misteri tentang perang Bubat. Kemungkinan cerita tentang perang
yang mencoreng nama Gajah Mada ini hanya cerita karangan Belanda yang
ingin memecah belah. Sebab hanya bersumber dari Syair Kidung Sundayana,
sementara sumber dari prasasti atau Negarakertagama sendiri tidak
menceritakan hal ini. Belanda melakukan ini sebab ingin memecah belah
kekuatan Raden Patah (keturunan Majapahit dari Brawijaya) yang bergabung
dengan kerajaan Sunda melawan Belanda. Ini juga salah satu misteri
Gajah Mada yang tak terungkap.
Akhir
hidup Gajah Mada juga tidak jelas. Gajah Mada tidak diketahui mempunyai
istri dan keturunan. Tidak diketahui juga bagaimana dia mangkat, dimana
dikebumikan dan dimana ia menghabiskan sisa hidupnya setelah tidak
menjadi Mahapatih. Tidak ada satu pun candi yang didirikan untuk
mengenang dirinya. Meski banyak prediksi dan perkiraan tentang makam
Gajah Mada, petilasan dan lain sebagainya, tapi ini belum juga bisa
dibuktikan secara ilmiah.